Wednesday, April 17, 2013

Kipas Angin Macet..

Pernah gak kipas angin di rumah tiba-tiba berhenti berputar? Padahal listrik gak mati, dan kondisi saklarnya masih on. Kok bisa? Jika kawan kawan mengalami hal ini, langsung matikan ya. Jangan dipaksakan nyala terus, Nanti kumparannya bisa terbakar lho.

Umumnya kipas angin menggunakan bantalan (bearing) jenis journal bearing. Bantalan ini menggunakan minyak pelumas sebagai media di antara dua bagian yang bergerak. Dalam konstruksi journal bearing terdapat dua bagian utama, yaitu cincin(bearing liner) dan poros (journal/shaft). Umumnya cincin sebagai bagian yang diam, sedangkan poros sebagai bagian yang berputar, namun pada aplikasi tertentu bisa saja sebaliknya. Pada kipas angin, poros berputar disangga oleh dua buah cincin. Pada ujung poros dipasang baling-baling. Biar gak bingung ini gambarnya:
Pertanyaannya, pada saat berputar, apakah terjadi gesekan antara permukaan poros dengan dinding dalam cincin? Jawabannya tidak (ini terjadi khusus pada journal bearing dengan kondisi operasi yang ideal).
Di dalam celah antara poros dengan cincin terdapat lapisan minyak pelumas. Pada saat poros berputar, akan terjadi tegangan geser pada minyak pelumas. Tegangan geser inilah yang menimbulkan tekanan, yang pada akhirnya mengangkat poros tersebut. Jadi sebenarnya poros yang berputar tidaklah disangga langsung oleh cincin (bearing liner), tetapi melayang di dalam lapisan minyak pelumas. Dengan demikian, kipas angin yang ada di rumah kita tidak akan pernah rusak (secara mekanik). Tapi dengan syarat bahwa minyak pelumas yang ada dalam journal bearing tetap dalam kondisi optimal, yaitu mampu menyangga poros dengan baik sehingga tidak terjadi gesekan antara poros dengan cincin penyangganya.

Kembali ke kasus di awal tulisan ini. Kipas angin yang tiba-tiba berhenti berputar, kemungkinan penyebabnya adalah kehabisan minyak pelumas. Atau minyak pelumasnya masih ada, tapi tidak mampu menyangga dengan sempurna karena sifat-sifatnya sudah berubah. Kalau kawan-kawan mengalami hal ini, segera bongkar kipas anginnya. Periksa apa penyebabnya. Kalau memang itu masalahnya, tinggal kasih minyak pelumas. Kalau sudah bisa berputar dengan baik, pasang lagi deh.

Saya juga pernah mengalami hal serupa. Tapi kondisinya sudah agak parah. Lapisan luar poros sudah tergores. Biar bisa berputar dengan baik, saya gosok dengan amplas sampai benar benar halus.

poros yang tergores
poros yang sudah digosok
  • Saya pernah menggunakan minyak WD**. Tapi sepertinya kurang cocok gak lama kipasku macet lagi. Mungkin karena terlalu encer sehingga tidak bertahan lama di dalam celah bearing. Oli motor juga pernah saya gunakan, tapi juga kurang cocok karena terlalu kental. Berdasarkan pengalaman, yang paling cocok adalah singer oil (botolnya putih). Sampai sekarang kipasku belum macet lagi.
  • Pada waktu kipas berhenti berputar, tidak ada tekanan pada minyak pelumas. Sehingga poros bersentuhan dengan cincin penyangganya. Jadi saran saya, kipas angin jangan sering dinyala-matikan untuk mengurangi frekuensi gesekan poros dengan cincin penyangga.
  • Terdapat kipas kecil (pada foto ada di kanan dan kiri magnet, warna putih) yang fungsinya untuk mendinginkan kumparan. Itu sebabnya waktu kipas macet dan tidak segera dimatikan, kumparan bisa terbakar karena panas yang dihasilkan tidak terbuang keluar. Kebanyakan kipas angin rusak berawal dari macetnya poros, terus merambat ke terbakarnya kumparan.
  • Posisi kipas yang paling bagus adalah mendatar, tidak mendongak ataupun mengarah ke bawah. Ini karena journal bearing hanya menahan beban arah radial (atas-bawah), tidak menahan arah aksialm(maju-mundur). Gaya arah aksial hanya ditahan oleh ring pada kedua ujung dekat bantalan. Kalau bingung arah gaya aksial dan radial bisa lihat gambar ini
    gaya pada kipas
  • Pada kipas angin besar, sudut cincin penyangga dapat berubah-ubah (tidak fix pada kerangkanya). Hal ini untuk mengakomodir lendutan yang terjadi pada poros. Tapi pada kipas angin kecil umumnya cincin penyangga terpasang fix pada kerangkanya. (Tahu dari pengalaman bongkar dua duanya)





Tuesday, April 16, 2013

Tirai Cablestay


Mungkin anda baru mendengar istilah ini. Ya, "Tirai Cablestay". Itu istilah yang saya gunakan untuk menyebut hasil karyaku yang satu ini. Tirai Cablestay ini benar-benar baru, murni ideku. Dan saya tidak pernah menemukan tirai sejenis ini sebelumnya. Kecuali satu, yaitu Cablestay Bridge (Jembatan Gantung). Meskipun ini hasil karyaku, tapi sebenarnya yang memberi nama tirai cablestay adalah salah seorang teman bernama Angga. Maklum dia orang Teknik Sipil. Jadi akrab dengan istilah-istilah seperti itu.
Jadi waktu itu di rumah butuh sebuah ruangan untuk musholla. Setelah dipilih ruang yang tepat, dirasa perlu sebuah tirai untuk membatasinya. Biar solatnya khusuk coy. Soalnya ruang sebelah adalah dapur. Mulailah dipikir gimana caranya pasang tirai di lokasi ini. Perlengkapan tirai dan relnya sudah ada. Angga usul untuk membuat kerangka dari kayu sebagai dudukan dari rel tersebut. Tapi aku pikir itu terlalu ribet, makan biaya dan waktu lagi. Akhirnya muncullah ide tirai cablestay ini. Persis seperti membuat jembatan gantung.
Prosesnya:
1. Ujung A dari rel dipaku ke tembok, sedangkan ujung B diikat ke tembok di atas ujung A. Biar stabil, ujung B ini juga diikat ke arah bawah.
2. Karena rel terlalu panjang dan diperkirakan akan melengkung ke bawah, maka bagian tengahnya (titik E) juga saya ikat ke tembok (di titik C2).
3. Biar rel gak goyang ke kanan - kiri, maka titik E (sebenarnya bisa juga titik B) juga saya ikat ke kanan dan kiri di titik F1 da F2. Gambar berikut adalah pandangan dari atas.
4. Hati-hati saat memasang tali di titik E, karena titik tersebut adalah jalur lalu lalangnya pin penggantung tirai. Saya memasang tali di sini dengan cara melubangi bagian atas rel. Lalu tali dimasukkan dan diikatkan pada sebuah paku kecil, sehingga ketika ditarik akan tertahan oleh paku tersebut.

Memang tidak tampak tali yang saya gunakan, karena yang saya pakai adalah jenis senar nilon.
Semoga bisa jadi inspirasi bagi para pembaca ya...
Tunggu project selanjutnya..